Catatan Dunia Menulis dan Kreativitas

28 July 2013

Apa Salahku? : Kisah Pemenang Giveaway Unfriend You

5:12 PM Posted by dee 5 comments

Sekarang ini sering kali terdengar kata-kata “bullying”. Awalnya aku gak tau apa arti bullying itu. Tapi setelah search ke google dan tau artinya ternyata sering aku alami sejak aku kecil. Pada masa-masa sekolah dulu.
Aku  adalah anak pertama dari dua bersaudara (saat itu). Ketika usia TK aku dititipkan di rumah uwakku (kakaknya papa), hal tersebut bukan berarti karena kedua orang tuaku tak mau mengurusku tetapi karena saat itu aku paling akrab dengan uwak. Uwak hanya memiliki satu anak tunggal yang sudah kuliah, sehingga akulah yang menemaninya seharian di rumah sejak umur 4 tahun.
Alhamdulillah di keluarga uwak aku di berikan fasilitas, dan kasih sayang yang cukup seperti seorang ibu terhadap anaknya.
Nah, hingga aku memasuki usia TK. Aku disekolahkan oleh uwak di sebuah TK swasta di Denpasar, Bali. TK tersebut letaknya tak jauh dari rumahnya uwak, tinggal nyebrang dari komplek perumahan uwak.

Karena sekolah swasta saat itu adalah sekolah yang “wah”, maka di sekolah itu pun aku belajar dengan fasilitas yang menurutku sudah mewah. Zaman dahulu, tahun 1991 yang namanya otopet belum terlalu dikenal, tapi di sekolahku mainan itu sudah ada. Tentu saja disesuaikan dengan ukuran anak TK. Permainan bak pasir, taman tanah liat. Kami bebas menggunakannya saat jam istirahat tiba. Di sekolah itu pun dahulu aku tidak belajar menulis ataupun berhitung seperti pada zaman sekarang. Disana kami belajar berdoa, melipat, menggunting, mewarnai, mengecat, membuat pola. Selebihnya adalah bermain.
Aku sangat menikmati sekolah disana, kecuali dengan beberapa anak-anak lelakinya. Entah kenapa saat aku sedang bermain ayunan, anak-anak tersebut merebutnya. Mereka medorongku, meludahiku dan mengatai-ngataiku. Sehingga sempat membuat aku mogok sekolah beberapa hari. Aku yang memang dasar pendiam, tak pernah mau bercerita kepada siapapun. Akhirnya uwak menungguiku saat jam sekolah. Sejak itu tak ada lagi yang menggangguku.  hingga aku lulus aku dari TK tersebut.  Itulah saat pertama kalinya aku mengalami bullying.
Saat kedua adalah ketika aku dan keluargaku ( mama, papa dan adikku) pindah dari Denpasar ke Bandung. Aku si anak baru masuk pada pertengahan caturwulan di kelas empat SD di sebuah SD negeri di Bandung dan belum tahu apa-apa tentang sekolah baruku tersebut. Aku homesick. Aku kangen dengan kehidupanku di Bali, dengan uwakku, kangen dengan teman-temanku sekolahku dahulu. Walaupun Bali hanyalah tempat kelahiranku tapi bagiku Bali itu sudah menyatu dalam jiwaku.
Saat itu aku masih merasa canggung dan hanya berkenalan dengan beberapa teman saja. Setelah beberapa bulan, entah karena aku pendiam atau apa, aku mengalami bullying lagi. Badanku yang agak bongsor membuat anak laki-laki mengejekku. Si “Ubur-ubur”.
Selain itu beberapa temanku juga mengalami bullying di kelas. Ketua kelas kami adalah seorang anak perempuan yang semena-mena. Entah bagaimana ceritanya dia bisa menjadi KM (Ketua Murid). Menurut temanku sejak kelas satu SD dia selalu menjadi KM dan anak emas para guru padahal anaknya gak pinter, bukan juara umum, dari keluarga yang kurang (hanya gayanya aja yang sok jadi orang kaya). Sebut saja namanya Yuli.
Yuli selalu dititipi wali kelas agar kelas tenang , tidak berisik sehingga tidak mengganggu kelas lain yang sedang belajar. Yuli pun menerapkan aturan jika ada yang berisik atau mengobrol saat jam pelajaran kosong alias tidak ada guru maka mulutnya akan di tutupi lakban. Tapi hal tersebut tidak membuat teman-teman jera. Masih saja banyak “korban” Yuli. Lalu ia pun menambah hukuman dengan mengolesi balsam di mulut orang yang membuat kegaduhan. Tak ada yang bisa menolak aturan Yuli saat itu. Hingga suatu hari aku dan temanku, Amri pun kena olesan balsam di mulut. Padahal kami tidak mengobrol saat itu. Kami hanya berbincang dan membahas pelajaran yang tadi disampaikan oleh guru kami karena ada hal yang tidak aku mengerti dari penjelasan ibu guru.
Teman-temanku kaget melihat aku dan Amri diolesi mulutnya dengan balsam. Mereka semua tahu kalo aku anak baru yang pendiam dan gak pernah membuat kegaduhan. Tetapi Yuli tidak peduli. Amri saat itu meringis dan air matanya jatuh karena menahan rasa perih, Walaupun hanya di diolesi di mulut saja. Aku hanya bisa menangis di dalam kamar tanpa ada satu orang pun yang tahu sehingga membuatku merasa malas lagi ke sekolah dan aku menjadi anak dengan prestasi yang biasa aja. Aku merasa dia hendak mempeloncoku sebagai anak baru dan supaya tidak kelihatan Amri pun ikut jadi korban.

Peraturan itu hanya berlangsung beberapa bulan saja, mungkin karena ada yang melapor kepada wali kelas kami. Akhirnya peraturan diubah. Dengan didenda Rp. 50,-/orang ,dan uangnya akan dimasukkan ke dalam uang kas kelas. Lagi-lagi semuanya tidak bisa menolak walaupun merasa keberatan.
Kemudian saat aku kelas enam SD. Aku mempunyai sahabat dekat 4 orang. 3 perempuan dan satu laki-laki. Entah apa salahku pada Elma, sahabatku tersebut tega membuat hatiku sakit. Dia tiba-tiba pindah ke kelompok Yuli, dkk. Padahal yang kutahu dahulu ia tak suka sama sekali dengan Yuli. Elma pun tak pernah mau disapa lagi oleh kami apalagi menyapa dan tak pernah mau lagi bermain dengan kami bertiga.  Dia membully aku melalui tangan orang lain, beberapa teman laki-laki di kelas. Aku lupa fitnahan apa yang ia lemparkan tetapi yang pasti saat itu ada beberapa anak laki-laki yang menerorku  melalui telepon ke rumah. Orang tuaku marah besar. Setelah diselediki oleh wali kelasku akhirnya ketahuanlah siapa pelaku pemfitnahan tersebut dan otak di baliknya. Ternyata otak di balik ini semua adalah sahabatku sendiri, Elma. Mereka pun meminta maaf.
Di sekolah madrasah pun aku pernah mengalami bullying. Entah siapa yang melakukakannya.  Suatu hari aku menemukan sebuah tulisan di dalam buku tulisku.
Jelema Beunghar Teu Ngamodal!! (Orang kaya tapi tidak ngemodal!!) Begitulah isi kata-kata tersebut. Apa maksudnya ya? Aneh, padahal aku gak pernah minta-minta makanan saat orang lain jajan, gak pernah malak. Apa mungkin karena aku jarang jajan? ataukah ada yang sakit hati gara-gara salah seorang temanku pernah kumarahi karena mencontek hasil pekerjaanku? Ah.. entahlah..
Saat aku SMP kelas dua, pembullyan itu belum selesai. Aku dimanfaatkan oleh teman sebangkuku. Aku harus mengerjakan tugas kelompok sendirian. Tetapi setelah tugasnya selesai, hasil kerja kerasku hingga begadang tidak terpakai, dia malah menggunakan hasil kerja dari temanku yang lain yang sekelompok. Selain itu juga dia sering menghindari dan menjauhi aku. Dia ada hanya saat butuh aku saja, ketika aku sudah tidak dibutuhkan dia berteman dengan orang lain. Kami sebangku tetapi dia sering melengos pergi atau pindah-pindah bangku. Sakit sekali hatiku saat itu. Teman-teman yang menyaksikan hal tersebut bersimpati denganku dan merangkulku. Untungnya teman laki-laki saat itu baik-baik, sehingga aku banyak berteman dengan mereka. Aku pun menyaingi dia dengan prestasi. Rangkingku selalu diatas dia. Dia selalu tampak tidak senang dengan prestasiku dan mulai mencoba mendekatiku lagi. Tapi aku sekarang tidak terlalu perduli dengannya, toh aku sudah punya banyak teman baru.
Ada lagi, di kelas yang sama. Saat SMP kelas satu cawu II aku sudah berkerudung. Saat itu anak yang berkerudung masih jarang dan aneh. Di kelasku yang berkerudung ada 2 orang, tetapi hanya aku yang berkerudung rapih selebihnya bongkar pasang kerudung. Beberapa anak laki-laki di kelas sangat penasaran denganku. Mereka yang tak mengenalku saat belum berkerudung selalu penasaran dengan panjangnya rambutku kini yang telah ditutupi kerudung.
“Yu, rambutmu panjangnya segimana sih? Sebahu? Sedada? Sepinggang? Atau jangan-jangan kamu botak ya makanya kamu berkerundung?” Kata seorang temanku.
“Yee.. aku kan di kerudung supaya rambutku ga kelihatan. Kalo mau mamerin rambut ngapain juga berkerudung.” Jawabku.
Beberapa dari mereka sampai ada yang mengintipku ketika wudhu supaya melihat seberapa panjangnya rambutku, bahkan hingga ketika di kamar mandi sekalipun. Untung saja segera ketahuan oleh istrinya penjaga sekolah dan mereka pun akhirnya dimarahi.
Ada juga seorang teman laki-laki. Dia sangat gemulai, kayak perempuan. Ya bisa dibilang banci lah. Temen-temen laki-laki banyak yang jijik sama dia, dan dia pun tidak senang bergaul dengan teman laki-laki tetapi lebih banyak dengan teman perempuan. Aku pun sedikit meladeninya dan menanggapi cerita-ceritanya yang bagiku tak masuk akal. Walaupun dia gemulai, tetapi nalurinya sebagai lelaki tetap ada.
“Yu, kamu bawa mukena gak? aku mau solat duhur nih.” Katanya pada jum’at siang saat kami sedang mengerjakan tugas matematika karena gurunya berhalangan hadir.
“Kamu kan laki, Gilang? Masa mau pake mukena? Kamu gak jum’atan ya?” jawabku.
Tiba-tiba dia mendekati kearah samping saat aku duduk. Dan membuka kerudungku dengan mudahnya dari arah belakang (karena kerudung langsung).
Semuanya kaget. Aku pun langsung menangis dan mengambil kerudungku untuk dipakai kembali. Benar-benar memalukan. Teman laki-laki pun langsung mengeroyok Gilang. Diletakkannya Gilang diatas meja dengan posisi terlentang dan “digulung”. Maka sejak itu aku pun jijik dengan temanku itu.
Untuk kesekian kalinya aku mengalami lagi apa itu bullying. Terjadi di SMA kelas satu. KM di kelasku perempuan namanya Sinta. Dia kayaknya gak suka dengan teman-teman yang berkerudung. Empat orang yang berkerudung termasuk aku tidak diajak dan ikut peran dalam drama di panggung dalam rangka tugas kesenian. Kami hanya dijadikan seksi konsumsi yang harus melayani teman-teman saat pentas di panggung, kami dianggap emak-emak. Kami dikucilkan dan tidak terlalu dianggap.Kami jadi harus membuat prakarya sebagai tugas pengganti.
“Yu, kasian kelas kamu kok anak yang berkerudungnya gak ikut main di panggung hanya di jadikan seksi konsumsi aja. Padahal di kelas lain semuanya ikut gabung.” Ucap Vera temanku dari kelas lain.
“Gak tau, gak suka kali dia sama yang berkerudung.” Jawabku sambil tersenyum getir.
Aku gak tau mengapa hampir seluruh hidupku aku mengalami bullying.  Apa karena aku terlihat lemah sehingga mereka dengan seenak udelnya memperlakukanku begitu?.
Setelah mengalami bullying hampir dalam seluruh hidupku aku menjadi anak yang selalu minderan, makin pendiam, dan pernah punya niat untuk bunuh diri dengan menabrakkan diri di kereta atau minum baygon.
Dalam keputus asaanku, aku pun melarikan diri dan bergaul dengan teman-teman Rohis ataupun eksul, dan tidak banyak bergaul dengan teman-teman di kelas. Semuanya Memuakkan!!
Untung saja pelarianku ini berbuah manis. Lama kelamaan aku makin mantap menatap hidup, merasa jadi orang yang berguna, rasa percaya diri ada lagi.
Banyak sekali pelajaran dan hikmah yang aku ambil dari sahabt-sahabatku di Rohis.
Ini dia yang membuatku kembali bangkit:
1. Aku berteman dengan orang-orang yang tepat, mereka selalu optimis. Melihat masalah adalah sebagai sebuah pendewasaan diri.
2. Jangan perdulikan orang lain, fokus pada diri sendiri.
3. Ingat kita punya Alloh sandaran kita semua
4. Biarkan orang lain berbuat jahat toh dia yang akan dapat dosanya.
5. Selalu berbuat baik kepada orang lain dan berpikir positif, walaupun kita di jahati.
6. Bila kita mau marah, jangan lampiaskan kepada orang lain. Jangan sampai orang lain jadi korban kemarahan kita. Cara untuk marah. Lampiaskan dengan mengalihkan ke nulis, menuliskan uneg-uneg lalu di bakar, atau juga menuliskan di atas pasir.
7. Simpan sendiri masalah (jangan diumbar) dan Curhat kepada orang yang tepat bila ada masalah, walaupun kadaang tidak menyelesaikan. Setidaknya beban terkurangi.
8. Terbuka kepada orang tua.
9. Berbagi rasa gembira kepada orang lain
10. ingat selalu kebaikan orang lain kepada kita dan ingat kesalahan kita kepada orang lain.
11. Tunjukkan sifat tegas, kritis,dan berani sehingga tidak di pandang sebagai orang yang lemah.

Aku sangat berterima kasih kepada sahabat-sahabatku : Kang Bayu, Kang Bukhari, Teh Hindun, Teh Nur, Kang Firman,  Kang Mamin, Teh Desti, Kang Yari. Dan hingga sekarang aku masih menjalin hubungan dengan beberapa orang diantara mereka.
So.. Apa salahku hingga aku sering mengalami bullying? Itu urusan mereka!!!

Baca naskah aslinya di: http://tajdiidunnisaa.wordpress.com/2013/07/17/apa-salahku/

5 comments:

  1. wow..tulisan saya dipasang..mudah2an tulisan saya bermanfaat dan inspiratif, ya mba..

    ReplyDelete
  2. masa anak2 memang rentan kena bullying mbak.
    padahal itu berakibat negatif terhadap emosi anak. si Anak nantinya bisa jadi nggak pede.

    saya sendiri juga pernah mengalami bullying, yang paling parah sewaktu SMA, karena sekolag saya sistem asrama dimana senioritas berlaku

    ReplyDelete
  3. Kita mejeng di sini mbak Ayunda, hehe. Makasih byk buat mbak Dee :)

    ReplyDelete