Catatan Dunia Menulis dan Kreativitas

13 May 2013

Ide Novel itu Ada di dalam Hatimu

Berpikir serius mencari ide
Banyak orang ingin menulis novel, namun tidak semua orang berhasil melakukannya. Salah satu masalahnya adalah sejak awal, mereka tidak memiliki ide. Karenanya, salah satu pertanyaan klise yang selalu diajukan saat wawancara dengan penulis adalah: bagaimana Anda mendapatkan ide tersebut? Semakin ajaib proses mendapatkan ide itu (seperti mendapat bisikan sewaktu bertapa di gunung), maka semakin hebat pula Anda.
 
Saya pernah mendapatkan ide dengan proses yang terasa magis (minus acara bertapa). Dan untuk beberapa saat, saya berpikir seperti itulah ide diperoleh —seperti wahyu yang diturunkan Tuhan kepada nabi. Namun, semakin lama, saya menemukan bahwa proses datangnya sebuah ide cerita, tidak harus seperti itu. Dengan sedikit perenungan, sedikit membaca di sana sini, kamu bisa menemukan ide cerita yang layak untuk dituliskan. 

Ide itu sudah ada di dalam kamu

Salah satu cara untuk mencari ide cerita adalah dengan mempertanyakan dirimu sendiri. Apa hal yang paling penting buat kamu? Apa pertanyaan terbesar kamu saat ini? Apa hal yang membuat kamu terus berpikir? Apa hal yang membuat kamu gregetan dan berharap kamu bisa melakukan sesuatu?

Apakah kamu sedang mempertanyakan keadilan Tuhan? Apakah kamu panas-dingin melihat koruptor yang mempermainkan hukum? Apakah kamu bertanya-tanya mengapa kehidupan cintamu sama tidak jelasnya dengan kepastian kenaikan BBM? 

Dengan mencari ide dari hal yang paling sering membuatmu galau, bukan saja kamu menemukan lahan basah ide, tetapi juga kamu akan lebih bersemangat menuliskan novelmu. Itu karena idemu lahir dari semangat dan passionmu, bukan dari yang lain. 

Saat saya mengerjakan novel Marginalia, pertanyaan terbesar saya adalah mengenai takdir. Apakah takdir itu ada? Apakah cinta itu sudah ditakdirkan atau tidak? Bagaimana kalau cinta itu sudah digariskan oleh suratan takdir? Bagaimana kalau semua ini hanya kebetulan belaka? Atau bagaimana kalau hal yang kita pikir sebagai takdir, ternyata bukan untuk kita tetapi untuk orang lain? 

Serangkaian pertanyaan besar itu kemudian saya tuangkan ke dalam novel. Saya hadirkan konsep takdir itu ke dalam karakter dua tokoh utamanya: Aruna, pria  yang percaya akan takdir dan Drupadi, perempuan yang tidak percaya pada takdir.  Baru kemudian, saya menciptakan situasi di mana konsep dua pemikiran tentang takdir itu terus bertentangan. Hingga akhirnya di akhir cerita, muncul jawaban mengenai konsep takdir tersebut.

Perkaya dengan Bacaan dan Film

Langkah lain yang dapat kamu tempuh saat mengolah ide di dalam pikiran adalah dengan mencari bacaan dan film yang setipe dengan pemikiran kamu. Tujuannya adalah mengetahui bagaimana orang lain mengolah ide yang kurang lebih sama. Jika sudah ada yang mengangkat ide kamu, kamu bisa mengambil keputusan: meneruskan mengembangkan ide atau mencari ide yang lain. Jika kamu ingin meneruskan idemu, perhatikan hal-hal yang luput diangkat penulis. Kamu bisa menambahkan kedalaman cerita, menambahkan simbol, menambahkan masalah atau hal-hal lainnya. 


Saat saya mengerjakan novel Marginalia, saya membaca Time Traveller's Wife karya Audrey Niffenegger. Saya suka dengan kedalaman perasaan kedua tokoh dan keunikan situasi yang mereka alami. Bahkan bisa dikatakan gaya penceritaan Marginalia mengikuti gaya mbak Audrey (dengan dua sudut pandang orang pertama). Saya juga membaca beberapa buku non fiksi tentang teori chaos, buku  psikologi (Why Him Why Her karya Helen Fisher) dan juga buku biografi Steven Tyler. Untuk tontonan, saya menyaksikan Secret Garden (Korea) dan Drunk To Love You (Taiwan).


Jika Anda membaca Marginalia, mungkin kamu bisa merasakan pengaruh karya-karya tersebut , tetapi mungkin juga tidak. Yang jelas, setiap bacaan dan film yang saya konsumsi memberi sumbangsih bagi pembentukan desain cerita Marginalia. 


Jadi, jika kamu kesulitan mencari ide cerita, cobalah mencari ide tersebut dalam hatimu. Tariklah keluar dan tambahkan informasi dari buku dan film. Beberapa buku mungkin tidak memberikan banyak manfaat langsung, tetapi percayalah, kelak semua yang kamu baca akan keluar pada saat kamu butuhkan.