Catatan Dunia Menulis dan Kreativitas

24 July 2010

Pemboenoehan Tempoe Doeloe - Sebuah Catatan dari Perpustakaan Nasional

7:58 PM Posted by dee , , , 2 comments
Ada yang psikopat, ada yang kejam, ada yang berusaha menipu polisi
Hari ini saya memutuskan untuk pergi ke Perpustakaan National dengan satu alasan sederhana, saya kehabisan ide. Saya pikir, berjalan-jalan sedikit, membaca koran luamaaa siapa tahu dapat membantu saya menciptakan (adegan) pembunuhan lebih baik lagi.
Jadi, setelah mengurusi pendaftaran barang sejenak (yang sistemnya sudah jauh lebih baik daripada waktu zaman kuliah saya), saya memutuskan untuk pergi ke bagian mikrofilm di lantai empat. Terus terang, saya belum tahu koran apa yang harus dibaca. Jadi, saya main tebak menebak saja. Saya comot sebuah nama yang memiliki banyak publikasi dari daftar mikrofilm yang tersedia, Bintang Timoer. Usut punya usut ternyata salah satu penjaga gawang Bintang Timoer adalah Armijn Pane. Hayo, siapa yang masih ingat siapa Armijn Pane?
Ternyata sadis juga
Kebanyakan kasus kejahatan hanya ditulis dalam beberapa baris. Maklum saja waktu itu, sekali terbit, Bintang Timoer hanya 8 halaman di mana ia harus membagi tempat untuk berita luar negeri, olahraga, bagian untuk perempuan dan bagian khusus bahasa Belanda. Tapi soal isi, jangan salah. Bisa sama ngerinya dengan berita kejahatan zaman sekarang. Contohnya ini.
Ditombak dan Ditjintjang
Dari pemekasan dikabarkan bahwa di Sampang, onderdistrict Darmotjamplong seorang pentjoeri hewan telah kepergok dan telah ditoembak, kemoedian ditjintjang.
Majatnya dimasokkan dalam karoeng dan dilempar ke kali.
Orang jang berlakoe kedjam itoe telah tertangkap. (24 augustus 1935)
Atau bagaimana dengan yang ini?
Diboenoeh Toejoeh Orang
Dari Pamekasan Aneta kabarkan, bahwa dalam onderdistrict Waroe telah kedjadian pemboenoehan kedjam. Korban itoe dipegang oleh ampat orang sedang sedang tiga orang lainnja menghantamnya dengan sendjata tadjam. (24 Augustus 1935)
Yang Psikopat juga ada
Yang lebih mengejutkan saya lagi, ternyata pada zaman dahulu, ternyata sudah ada pembunuhan berantai (hmm… apa ini bisa disebut pembunuhan berantai). Tidak main-main pelakunya adalah seorang administrateur (pemilik perkebunan atau sejenisnya. Kalau sekarang mungkin semacam pengusaha terkenal kali ya). Berita ini memakan ruang cukup banyak di beberapa edisi Bintang Timoer meskipun tidak masuk ke halaman utama.
Pemboenoehan Soember Bopong
Lima orang jang diboenoeh
Berhoeboeng dengan pemboenoehan di Soember Bopong itoe, diberitakan oleh ,, Bat. Nbld.” Lebih djoeh bahwa soedah pasti, bahwa ada dilakukan di Soember Bopong itoe lime pemboenoehan. Pertama pemboenoehan pendjoeal daging, jang kedoea pemboenoehan pemetik, jang ketiga pemboenoehan pentjoeri kajoe, jang keempat seorang anak gadis jang baroe beroemoer empat belas tahoen, jang ada berhoeboengan dengan M, dan jang kelima seorang orang jang dipoekoel dalam kebun laloe dikoeboerkan disana djoega.
Pada soeatoe hari M menembak tiga kali pada seorang jang hendak berhoeboengan dengan seorang perempoean, jang disoekai oleh Mondt. Tetapi orang itoe tiada kena.
Doea tiga perkara hilang lagi boleh djadi menoenjokkan bahwa ada lagi pemboenoehan. Ternjata bahwa soekar kepada M mengakoe karena dia tiada tahoe tentang pemboenoehan dimana dia ditanjai.
Akan menjoekarkan penjelidikan, Mondt menoendjoekkan mandoer Afghaan itoe djadi pembantoenja jang teroetama, tetapi mandoer itu hanya sedikit berhoeboengan dengan segala perkara itoe. (23 Augustus 1935)
Menurut Bintang Timoer, tuan Mondt ini memiliki sifat seperti Hyde dan Jeckyll. Di satu sisi, ia sangat baik dan bahkan mau bergaul dengan kuli, akan tetapi di sisi lain memiliki sifat sangat ketakutan akan ada yang mau membunuhnya. Tentu saja kemungkinan besar ini hanya pendapat Bintang Timoer atau hasil wawancara karena tidak pendapat ahli dari psikiatri, misalnya.
Menipu Polisi
Jangan dikira orang zaman dulu tidak punya ‘kreativitas’ dalam menutupi kejahatannya. Dalam Bintang Timoer, 24 Agustus tertera usaha menipu polisi seperti di bawah ini.
Pemboenoehan
Di Patjitan di desa Tegalombo, afd. Patjitan telah d ketemoekan majat se-orang jang memboenah diri dengan jalan menggantoeng diri. Belakangan ternjata orang itoe diboenoeh. Selidikan land, oet menjatakan bahwa dalam ini tersangkoet perkara tanah.
Orang malang itoe diboenoeh oleh anak dan temannja. Dengan menggantoeng majatnya mereka berharap bahwa orang akan mendoega koerban itoe telah menggantoeng diri.
Sayang tidak diberitahu bagaimana upaya politie mengungkapkan kasus tersebut. Karena itu saya hanya bisa menduga-duga. Entah polisi menginterogasi sejumlah orang atau polisi pada saat itu sudah cukup cerdas. Saya pribadi beranggapan yang kedua karena kasus gantung diri kelihatan berbeda dengan pembunuhan *sok tahu.com* Saya mengira polisi menemukan fakta seperti orang tersebut tidak menjulurkan lidahnya (seperti layaknya orang bunuh diri) atau ditemukan tanda-tanda perkelahian. Atau bisa juga beberapa hari sebelumnya, si korban mempunyai masalah pribadi yang lebih memungkinkan skenario dibunuh, bukannya bunuh diri. Apapun itu, polisi masa itu tentulah beruntung sang pembunuh tidak sepintar rekannya di Irlandia yang bisa menciptakan skenario ‘mirip bunuh diri’ .
Jadi, kalau ada yang mau disimpulkan, ternyata sifat manusia tidak berubah sepanjang masa. Mau zaman dulu ataupun sekarang sama saja. Yang namanya kekejaman, psikopat, dan kejahatan lainnya tetap saja meskipun manusia mungkin merasa jauh lebih modern dari yang dulu. Dan ini, meskipun kedengarannya ironis, membantu saya lebih percaya diri dalam menulis fiksi misteri.
Fun Fact:
Ternyata tahun 1935 sudah ada Tiger Balm. *fakta nggak nyambung*
Apa ada yang memperhatikan kalau nama mandor yang membantu pembunuhan atau dikambinghitamkan dalam kasus pembunuhan di Soember Bopong bernama Afghan ? :D

04 July 2010

Indonesia Permai: Karakter

9:08 PM Posted by dee , No comments
Hal yang pertama kali saya lakukan setelah mendapatkan 'tugas' membuat novel detektif remaja adalah menciptakan karakter. Gimanapun juga, karakter adalah salah satu bagian terpenting dalam cerita, apalagi cerita detektif. Pengennya saya sih karakter itu asyik banget. Masalahnya, gimana mendefinisikan asyik? Apakah asyik itu tokoh detektif yang serba jagoan seperti James Bond versi ABG misalnya? Atau justru yang kocak abis, kelihatan bego, tapi jempolan memecahkan kasus? Apakah jumlah jagoannya cukup satu seperti yaah.... Nancy Drew, dua seperti Sherlock Holmes dan Dr. Watson, tiga seperti trio detektif, atau bahkan lima seperti lima sekawan?

Nah itu keputusan yang sulit. Saya menginginkan karakter yang masuk akal. Saya lebih suka karakter yang nggak serba tahu, tapi dia belajar dan bekerja sama dengan banyak orang. Karena itu tipe single fighter seperti Nancy tidak menjadi pilihan saya. Kemudian saya menjatuhkan pilihan pada model keroyokan mirip lima sekawan (minus anjingnya) karena dua alasan: makin banyak orang makin ramai dan saya punya banyak sudut pandang untuk saya mainkan. Bukankah menyenangkan kalau satu bab kita melihat dari sudut pandang A dan kemudian di bab berikutnya kita melihat dari sudut pandang B?

Nah, kalau kamu melihat model lima jagoan (atau empat jagoan atau tiga jagoan), kamu akan melihat semacam pembagian tugas. Ada yang jadi pemimpin, ada yang jadi pemikir, pengacau dan ada anjingnya :p. Saya pikir model semacam ini akan mempermudah pembaca untuk mengingat karakter-karakter itu sendiri. Jadi saya menciptakan lima karakter dengan sedikit twist: seorang detektif yang menjadi problem maker sekaligus problem solver, seorang pemimpin yang enggan memimpin karena lebih suka belajar, seorang pemberontak, seorang jenius yang 'menderita' sindrom asperger, dan si manis yang.. hmm... sejauh ini masih terkesan jadi pemanis. :p

Berbeda dengan karakter tim detektif seperti misalnya lima sekawan atau trio detektif yang dari awal mereka sudah rukun dan selalu bersama, karakter tim saya justru punya konflik antar anggota. Saya rasa hal itu jadi bumbu yang menarik selain fakta karena di dunia nyata kita toh juga nggak selalu akur dengan teman.