Catatan Dunia Menulis dan Kreativitas

25 June 2012

Menulis Bisa Memberimu Pencerahan


Dia yang mengenal orang lain adalah bijak; 
Dia yang mengenal dirinya sendiri adalah tercerahkan. (Lao-Tzu)

And... this is it! ^__^
Saya menghela napas panjang, di monitor saya tertera jam 1:28 pagi. 103 halaman. Hari ini, tanggal 25 Juni 2012 pada jam 1:28, saya menyelesaikan novel roman pertama saya setelah dua bulan bekerja. Saya tidak pernah menyangka akan memulainya, namun saya lebih tidak menduga saya akan menyelesaikannya.

Ada tiga alasan mengapa saya tergoda untuk menulis roman. 1) Saya belum pernah menulis novel roman atas nama saya sendiri. Novel sebelumnya, Love Asset, ditulis bersama-sama dengan 16 penulis perempuan lainnya. Jadi, ini tantangan tersendiri bagi saya. 2) Saya pikir menulis roman mudah (saya salah besar) dan 3)Hadiahnya lumayan. Sejumlah uang, kontrak dan kalau berhasil menjadi juara 1, jalan-jalan ke Ubud Writer’s Festival di Bali. 

Mendapatkan Ide
Oke. Ini kondisi saya, saya belum menikah dan minim soal pengetahuan cinta-cintaan begini. Jadi, ini menempatkan saya dalam posisi orang paling goblok di dunia ini tentang cinta. 

Teman saya bilang untuk mendapatkan feel pacaran, ya sudah pacaran saja. Tetapi itu namanya memanfaatkan orang lain, bukan? (Sebenarnya, kalau dipikir-pikir, ini bisa jadi ide novel).   

Akhirnya saya lebih banyak melakukan riset melalui buku psikologi, novel dan film romantis. Apa Anda tahu kalau struktur cerita romantis itu dasarnya hanya tiga, cerita ala Cinderella, Beauty and The Beast dan Sleeping Beauty? Dari beragam bacaan, saya akhirnya menemukan ide cerita saya (kisah lengkapnya nanti ya setelah novelnya terbit. Doakan saja sukses)

Sebuah Pengalaman Spiritual
Yang tidak saya duga adalah ini. Saya tidak menduga kalau pengalaman menulis roman akan menjadi sebuah pengalaman spiritual, pencerahan bagi diri saya sendiri. Orang bilang cinta membuat hati seseorang menjadi lebih lembut, tetapi tidak ada yang pernah mengatakan bahwa menulis cerita cinta akan menimbulkan efek serupa. 

Selama menulis, saya lebih banyak memperhatikan hubungan antar manusia di sekitar saya. Apa itu cinta? Bagaimana wujudnya? Saya memperhatikan bagaimana ayah saya melakukan hal-hal kecil untuk ibu saya, atau bagaimana ibu saya tidak mengeluh dengan jemuran setinggi gunung di hadapannya—padahal kami sudah pakai jasa binatu kiloan, kenapa jemuran itu masih tetap saja tinggi? Bahkan kemudian saya menyadari, bahwa izin dan kepercayaan yang diberikan orang tua saya untuk menempuh jalan hidup saya sebagai penulis, adalah bentuk cinta itu sendiri.  

Tetapi uniknya, menulis roman juga membuat saya lebih dekat dengan Sang Maha Cinta itu sendiri—Tuhan. Bahkan jika Anda bertanya pada saya apa bentuk cinta yang paling suci dan tinggi, saya akan mengatakan, hubungan cinta antara Tuhan dan hambanya. It is love at its purest. 

Kesadaran ini juga yang akhirnya membuat saya berkata pada diri saya sendiri. Saya ingin menang. Siapa juga yang nggak ingin menang? Tetapi, setiap buku memiliki takdirnya. Jika Tuhan menentukan ada takdir yang lebih baik menunggu naskah ini, saya ikhlas jika naskah ini tidak menang. 

Dan Saya Menggombal…
Yes, readers, menulis cerita cinta akan membuat mulutmu berbusa, merasa dirimu adalah Gibran atau Rumi berikutnya. Kamu akan melihat bunga-bunga bermekaran, kupu-kupu berterbangan di mana-mana. Selama dua bulan ini saya baru sadar saya punya bakat menggombal, nyaris membuat saya sendiri muntah. Tetapi saya juga menyadari, sebenarnya saya tengah memeluk jiwa saya sendiri, jiwa yang  romantis melankolis nggombal dari sononya. 

Tugas saya belum selesai. Naskah ini masih harus dimampatkan menjadi 100 halaman. Ini bukan pekerjaan mudah karena bagi saya sebenarnya jatah 100 halaman saja masih kurang #melirik tajam pada Qanita. Masih banyak hal yang ingin saya ceritakan, hal-hal yang saya rasa bisa membuat cerita ini lebih greget lagi. Tetapi ini adalah lomba, dan saya harus menghormati peraturannya. 

So wish me the best, readers. Kita akan tahu kebenarannya saat pengumuman nanti.

3 comments:

  1. Semangat! Tetap menulis dan tetap ingat Ubud.

    ReplyDelete
  2. Good luck, Mbak. :) Salam kenal.

    ira
    www.keluargapelancong.net

    ReplyDelete
  3. Wow... proses yang oke banget, mba... Semangat! :)

    ReplyDelete