Nah itu keputusan yang sulit. Saya menginginkan karakter yang masuk akal. Saya lebih suka karakter yang nggak serba tahu, tapi dia belajar dan bekerja sama dengan banyak orang. Karena itu tipe single fighter seperti Nancy tidak menjadi pilihan saya. Kemudian saya menjatuhkan pilihan pada model keroyokan mirip lima sekawan (minus anjingnya) karena dua alasan: makin banyak orang makin ramai dan saya punya banyak sudut pandang untuk saya mainkan. Bukankah menyenangkan kalau satu bab kita melihat dari sudut pandang A dan kemudian di bab berikutnya kita melihat dari sudut pandang B?
Nah, kalau kamu melihat model lima jagoan (atau empat jagoan atau tiga jagoan), kamu akan melihat semacam pembagian tugas. Ada yang jadi pemimpin, ada yang jadi pemikir, pengacau dan ada anjingnya :p. Saya pikir model semacam ini akan mempermudah pembaca untuk mengingat karakter-karakter itu sendiri. Jadi saya menciptakan lima karakter dengan sedikit twist: seorang detektif yang menjadi problem maker sekaligus problem solver, seorang pemimpin yang enggan memimpin karena lebih suka belajar, seorang pemberontak, seorang jenius yang 'menderita' sindrom asperger, dan si manis yang.. hmm... sejauh ini masih terkesan jadi pemanis. :p
Berbeda dengan karakter tim detektif seperti misalnya lima sekawan atau trio detektif yang dari awal mereka sudah rukun dan selalu bersama, karakter tim saya justru punya konflik antar anggota. Saya rasa hal itu jadi bumbu yang menarik selain fakta karena di dunia nyata kita toh juga nggak selalu akur dengan teman.
0 komentar:
Post a Comment