Secarik kertas itu masih
tersimpan di laci saya, namun saya masih ingat isinya: “Tuhan, saya ikhlas
kalau saya tidak dapat tiket gratis B1A4. Tetapi saya lebih ikhlas lagi kalau
saya dapat.” Doa yang memaksa, iya saya tahu itu. Tetapi itulah saya, dua
minggu yang lalu. Dan ajaibnya, paksaan
itu berhasil. Entah mengapa, Tuhan
memutuskan mengabulkan doa saya yang tidak bermutu itu.
Mengapa B1A4?
Saya bukan pecinta berat
Korean Wave, tetapi juga bukan anti. Selama ada yang bagus, ya saya menonton
dramanya atau mendengarkan lagunya. Tetapi rasanya tidak pernah sampai
tergila-gila banget. Sampai kemudian saya membuat novel remaja dan saya butuh
model untuk tokoh utama cowok. Cari sana sini, akhirnya ketemu B1A4. Hmm...hmm... saya pakai saja salah satu
membernya sebagai model karakter cowok saja (Kalau nanti kalian baca novelnya,
kalian pasti akan tahu siapa).
Trisno Saking Jalaran
Kulino, mungkin itu yang terjadi pada saya. Saya semakin menyukai karakter ciptaan saya, semakin sering mendengarkan
lagu B1A4 dan akhirnya ya saya jadi suka banget.
Jadi ketika saya tahu
B1A4 akan manggung di Indonesia tepat hanya beberapa saat setelah novel saya
selesai, ini seperti takdir saja (atau kebetulan?) Tetapi lima ratus ribu untuk
satu tiket? Saya tidak sekaya itu untuk membuang lima ratus ribu begitu saja.
Menguji Keberuntungan
Kemudian, saya memutuskan
untuk sedikit bermain dengan keberuntungan saya. Saya bukan orang paling
beruntung di dunia, tetapi rasanya keberuntungan saya juga tidak jelek-jelek amat.
Jadi, saya memutuskan untuk mengujinya. Akankah saya beruntung menonton B1A4
secara gratis?
Maka dimulailah perburuan
saya mendapatkan tiket gratis. Kalau tidak salah, saya ikut sekitar 3 kuis
berhadiah tiket gratis. Tidak banyak, sih mengingat kalau saya niat banget
seharusnya saya mengikuti setiap peluang tiket gratis. Sementara itu, saya juga
melakukan visualisasi. Sembari menonton video klipnya, saya membayangkan betapa
enaknya bisa menonton konser dengan gratis. Itu saja.
Perburuan Sore
Siang itu, muncul miss
call tidak dikenal di ponsel saya. Perasaan saya mengatakan sepertinya telepon
ini penting. Akhirnya, saya memutuskan untuk menelpon balik. Ternyata dari
Warner Indonesia. Itu kan yang ngeluarin albumnya B1A4? Apa mungkin.....
Sayangnya, si mbak penerima telepon tidak tahu apa-apa. Jadi saya terpaksa
menunggu.
Baru sorenya, ada telepon
lagi yang mengabarkan bahwa saya mendapat tiket gratis B1A4. Saya melongo,
tidak percaya Tuhan benar-benar mengabulkan permintaan saya. Namun lima detik
kemudian, saya diberi kabar. Saya harus sampai di kantor mereka (di Gambir)
sebelum jam 5 sore. Gilingan bajaj! Gimana caranya saya bisa sampai di Gambir
pada jam pulang kerja seperti ini? Akhirnya, saya ngebut ke Gambir dengan
taksi. Sungguh mengejutkan saya bisa sampai di kantor Warner sebelum jam 4.30. Terima
kasih banget kepada supir Blue Bird yang sudah sudi membawa saya sampai ke
Gambir dengan gila-gilaan (dan selamat).
The Concert and My Funny Little Game
Konser B1A4 berjalan
dengan baik dan saya cukup menikmatinya. Tetapi, kemudian saya sadar bahwa yang
membuat saya bahagia saat itu, bukanlah konser
B1A4, tetapi perasaan bahwa saya terhubung dengan Yang Maha Kuasa. Bahwa
di atas sana, ada yang mendengarkan doa saya. Bahwa dari sekian banyak yang
mengikuti undian, nama saya yang diambil dan dinyatakan sebagai pemenang. Anda
mungkin mengatakan itu kebetulan, namun saya mengatakannya sebagai doa yang
terkabul. Dan rasa bersyukur itu yang terus memenuhi dada saya lama setelah
konser itu selesai.
Oh, ya. Saya memutuskan
untuk membuat eksperimen kecil berkaitan dengan takdir. Adik saya yang
tergila-gila pada Baro B1A4 meminta saya memberikan hadiah pada mereka. Dan
saya memutuskan untuk memasukkan novel terakhir saya, Marginalia, di dalamnya.
Akan jatuh ke tangan siapa Marginalia ini? |
Saya meminta siapapun yang menerimanya untuk memfoto dirinya bersama novel saya
dan men-tweetnya kepada saya.
Saya tidak tahu novel itu
akan jatuh ke tangan siapa. Mungkin kelak saya akan mendengar kabar dari
seseorang dari Korea, dari Bhutan, atau mungkin tidak sama sekali. Tidak
masalah bagi saya. Saya telah menyerahkan novel saya ke tangan takdir dan saya
akan membiarkannya bermain dengan cara-Nya sendiri. Dan itulah yang menarik
dengan bermain bersama takdir.
aku juga suka B1A4 :)
ReplyDelete