Catatan Dunia Menulis dan Kreativitas

21 November 2012

Pria yang Membelah Bukit (dan Ketekunan Menulis)

5:31 AM Posted by dee , No comments
Hari ini saya membaca kisah tentang pria yang membelah bukit. Benar-benar membelah bukit dalam arti yang sebenarnya. Namanya adalah Suhandi dan usianya, 92 tahun. Lama pengerjaan, 11 tahun.

Pada awalnya adalah kegelisahan Suhandi lantaran sawahnya sulit mendapatkan air dari sungai Cikembang dan Cipanjaran gara-gara ada Bukit Pasir Cacing yang gundul. Dari sini, kemudian ia mendapat gagasan untuk membuat saluran air yang membelah bukit setinggi 4 meter itu. Pada tahun 1988 ia mewujudkan mimpinya dan mengajak warga lain bergabung. Yang ia dapatkan hanyalah penolakan dan ejekan.

Namun Suhandi yang saat itu berusia 68 tahun tidak menyerah. Dengan bantuan istrinya, Suhandi mencangkuli bukit itu siang dan malam. Saat warga lain tertidur, mereka mencangkul dan terus mencangkul. Lebih dari itu, Suhandi bahkan pernah nyaris tewas tertimbun tanah. Semua itu tidak menghentikan langkah Suhandi mencapai mimpi mereka yang baru terwujud 11 tahun kemudian.

Sekarang, bukan saja tanah di sekitarnya menjadi subur karena terkena aliran air, Suhandi juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah.

Hati saya tersentuh ketika membacanya. 11 tahun bukanlah hal yang main-main. Berapa banyak dari kita yang sanggup menekuni suatu hal yang sama bila kita mengetahui bahwa hasilnya baru kita peroleh 11 tahun kemudian?

Saya baru saja mengeluh sore ini. Saya mengeluh karena hasil kerja saya selama setengah bulan ini, nyaris tidak terpakai karena saya menemukan konsep yang lebih menarik. Itu artinya, saya harus membongkar semua tulisan 20.000 kata saya dan memulai dari awal lagi. Menulis premis lagi. Membuat sinopsis lagi, mengatur ulang plot lagi, dan sebagainya. Padahal, saya sungguh berharap akhir bulan ini saya sudah menyelesaikan satu draft yang utuh. Mungkin itu yang membuat saya sungguh kesal.

Tetapi, kemudian saya menyadari. Bahkan jika saya sudah bekerja berbulan-bulan dan kemudian membuangnya begitu saja, saya tidak ada apa-apanya dibandingkan ketekunan pak Suhandi ini.

Pak Suhandi mengingatkan saya bahwa hanya dengan kegigihan bekerja, maka impian kita baru bisa tercapai. Tidak ada jalan pintas. Tidak ada cara yang enak.

Terkadang waktunya panjang, sangat panjang mungkin. Terkadang, kita mendapatkan hinaan dan ejekan. Tetapi jika kita terus bertahan, terus percaya pada mimpi kita, terus bekerja keras, pada akhirnya kita akan berhasil mencapai impian kita. Bahkan bukit pun akan tunduk di bawah cangkul.

Masalahnya hanyalah apakah kita cukup kuat untuk bertahan selama itu? Dan seberapa jauh kita rela berkorban?

sumber berita: Kompas, 20 November 2012.